Perbaikan Tanah
Sekitar 20 juta hektar atau lebih dari 10% dari luas daratan di
Indonesia merupakan tanah lunak yang terdiri dari tanah lempung lunak (soft clay soil) dan tanah gambut (peat soil). Tanah lempung lunak di
Indonesia tersebar di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Pulau
Sumatera, pantai barat, selatan, dan timur Pulau Kalimantan, pantai selatan
Pulau Sulawesi serta pantai barat dan selatan Pulau Papua. Berikut peta
distribusi tanah lunak dan lokasi tanah lempung lunak di Indonesia :
Peta Distribusi Tanah Lunak di Indonesia
Sumber : Power
Point PT Teknindo Geosistem Unggul – Aplikasi Geosintetik dan Instrumen
Geoteknik Untuk Perbaikan Tanah Lunak
Peta Lokasi Tanah Lempung Lunak di Indonesia
Sumber : Power Point PT Teknindo Geosistem Unggul –
Aplikasi Geosintetik dan Instrumen Geoteknik Untuk Perbaikan Tanah Lunak
Untuk pengembangan prasarana wilayah di Indonesia, tidak menutup
kemungkinan bahwa infrastruktur harus dibangun pada daerah-daerah yang kondisi
lapisan tanah dasarnya berupa tanah lempung lunak. Mengingat adanya masalah
pada tanah lempung lunak yang cukup berpengaruh pada keberhasilan pembangunan
infrastruktur maka harus dilakukan perbaikan tanah agar infrastruktur tersebut
tidak rusak sebelum umur yang direncanakan.
Pada dasarnya,
perbaikan tanah mempunyai tujuan secara umum, yaitu meningkatkan daya dukung dan
kuat geser tanah, meningkatkan modulus tanah, mengurangi kompresibilitas tanah,
mengontrol stabilitas volume (shrinkage
dan swelling) tanah, mengurangi
kerentanan terhadap liquefaction,
memperbaiki kualitas material untuk bahan konstruksi, dan memperkecil pengaruh
untuk daerah sekitarnya.
Metode Perbaikan Tanah
Untuk memperbaiki
kondisi tanah belakangan ini, semakin banyak tawaran metode yang dapat dipilih.
Menurut Mitchell (1981),
perbaikan tanah meliputi :
- Pemadatan tanah, terutama untuk pemadatan tanah dalam (deep compaction) dengan menggunakan penumbuk berat dan ledakan (blasting).
- Pemadatan tanah (soil compression), terutama yang menyangkut pemampatan awal (precompression) dengan pembebanan awal (preloading) dan penggunaan drain vertikal (vertical drain), serta pemampatan tanah secara electro osmosis.
- Injeksi dengan grouting ke dalam tanah untuk memperkuat tanah dasar dan menstabilkan struktur tanahnya.
- Stabilisasi tanah dengan bantuan bahan luar (tambahan) atau dengan bantuan bahan-bahan kimia yang dicampur tanah asli.
- Stabilisasi cara termal.
- Pemberian perkuatan dalam tanah (reinforcement), baik reinforcement tarik maupun tekan.
Untuk pemilihan metode, tidak dapat asal pilih, tetapi harus sesuai dengan kondisi
lapangan dan kriteria yang ditentukan dalam dokumen pelelangan proyek. Kriteria
tersebut antara lain jenis
dan tingkat perbaikan
yang diinginkan, jenis dan struktur tanah serta kondisi aliran tanah, biaya
proyek, ketersediaan peralatan dan material, waktu penyelesaian proyek,
kemungkinan kerusakan struktur bangunan disekitarnya, dan ketahanan material
yang digunakan.